Senin, 21 Mei 2018

PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT SECARA TERPADU



KATA PENGANTAR
            Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul "PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT SECARA TERPADU".
            Makalah ini kami susun dengan masimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan maklah ini.
            Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik, agar kami dapat memperbaiki makalah ini .
            Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan mafaat dan inspirasi bagi pembaca.


Tanjonge’e, 14 April 2018


penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................  i
DAFTAR ISI .................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................  iii
A.    Latar Belakang ..............................................................................................  iii
B.     Rumusan Masalah .........................................................................................  iv
C.     Tujuan ...........................................................................................................  iv
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................  1
A.    Pengertian Pengendalian Secara Terpadu .....................................................  1
B.     Prinsip & Tujuan Pengendalian Secara Terpadu ..........................................  2
C.     Komponen-Komponen Pengendalian Secara Terpadu .................................  3
D.    Ciri-Ciri Pengendalian Secara Terpadu ........................................................  10
E.     Contoh Perpaduan Komponen Pengendalian Secara Terpadu .....................  10
F.      Langkah-Langkah Pengembangan Pengendalian Secara Terpadu ...............  12
BAB III PENUTUP ......................................................................................  15
A.    KESIMPULAN ............................................................................................  15
B.     SARAN ........................................................................................................  17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................  18

BAB I
PENDAHULUAN

A.                  LATAR BELAKANG
Mayoritas penduduk di indonesia adalah petani. Dalam melakukan pekerjaannya sebagai petani, mereka mengalami banyak masalah, khusunya adanya gangguan pada tanaman yang mereka budidayakan, yaitu tanaman pangan dan palawija. Gangguan itu dapat berupa hama maupun penyakit. Hama merupakan binatang atau hewan yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, yang berupa gigitan,dll. Sedangkan penyakit merupakan suatu orgamisme berupa virus, jamur,dll yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman.
Serangan hama dan penyakit pada tanaman membuat petani resah dan menimbulkan banyak kerugian. Serangan- serangan itu dapat merusak tanaman dan bahkan dapat menyebabkan kematiap pada tanaman apabila tidak dikendaliakan dengan cepat.
Untuk mengatasi masalah yang dialami petani tersebut, maka terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalkan hama maupun penyakit tanaman tersebut, yaitu pengendalian secara fisik, pengendalian secara mekanis, pengendalian secara kultur teknis, pengendaliahn secara kimia dan pengendalian secara terpadu. Namun, yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu hanya pengendalian secara terpadu.
Adanya pengendalian-pengendalian hama dan penyakit tersebut, maka dengan mudah petani dapat memberantas hama taupun penyakit yang menyerang tanaman budidaya mereka.


B.                   RUMUSAN MASALAH
a.       Pengertian pengendalian secara terpadu
b.      Prinsip dan tujuan dalam pengendalian secara terpadu
c.       Komponen – komponen pengendalian secara terpadu
d.      Ciri-ciri pengendalian secara terpadu
e.       Contoh perpaduan komponen taktik pengendalian secara terpadu
f.       Langkah – langkah pengembangan pengendalian secara terpadu
C.                   TUJUAN
Agar pengetahuan mengenai pengendalian secara terpadu dapat bertambah dan untuk menambah wawasan petani agar dapat menerapkan sistem pengendalian ini ke dalam kehidupan sehari-harinya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.                  PENGERTIAN PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
Beberapa pengertian pegendalain secara terpadu menurut beberapa para ahli, yaitu :
·         Smith, 1978 : pengendalian hama terpadu adalah pendekatan ekologi yang bersidat multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan kordinasi pengelolaan.
·         Bottrell, 1979 : pengendalian hama terpadu adalah pemilihan secara cerdik dari pengendalian hama, yang dapat menjamin hasil yang menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi, dan sosiologi.
·         Kenmore, 1989 : pengendalian hama secara terpadu didefinisikan sevagi perpaduan yang terbaik. Maksudnya adalah perpaduan terbaik menggunakan berbagai metode pengendalian hama secara kompatibel.
·         Menurut Endah & Abidin, 2002 : pengendalian hama terpadu adalah konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup.
·         Menurut Juanda & Cahyono,2005 : pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan unsur – unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan.

B.                    PRINSIP DAN TUJUAN PENGENDALIAN SECARA TERPADU
a.       Tujuan pengendalian secara terpadu, yaitu :
·         Memnatapkan produktifitas yang tinggi dan meminimalisir kehilangan hasil
·         Menjamin kemantapan swasembada pangan
·         Memperhatikan kelestarian lingkungan
·         Melindungi kesehatan konsumen dan produsen
·         Meningkatkan efesiensi faktor produksi
·         Meningkatkan kesejahteraan petani
·         Menurunkan dan mempertahankan populasi hama tetap di bawah ambang batas yang dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis.
·         Terselenggaranya dukungan yang kuat atas upaya para petani dalam menyebarluaskan penerapan penerapan PHT sehingga dapat tercipta pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
b.      Prinsip pengendalian secara terpadu
·         Budidaya tanaman sehat. Meliputi penggunaan benih unggul, dan tahanorganisme pengganggu tanaman. Penggunaan pupuk berimbang, penggunaan jarak tanama ideal, pengairan sesuai kebutuhan tanaman, penggunaan pupuk organik,dll.
·         Pengamatan Agroekosistem dilakuakan rutin setiap seminggu sekali dengan metode tertentu melakukan pengamatan untuk mengetahui kondisi pertanaman secara utuh.
·         Pemanfaatan musuh alami, yaitu pemanagsa dari organisme pengganggu tanaman. Musuh alami dapat berupa predator atau patogen serangga.
·         Petani sebagai ahli PHT. Tujuan akhir PHT adalah menjadikan petani sevagai pengelolah tanaman dapat mengambil keputusan yang bijaksana dengan memperhatikan lingkungan dan ekologi serta ekonomi dari suatu teknik pengendalian.
C.                   KOMPONEN – KOMPONEN PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Menurut beberapa ahli, komponen PHT adalah perpaduan dari kultur teknis, hayati, varietas yang tahan, fisik dan mekanik,serta kimiawi (pestisida).
1.      Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman adalah suatu usaha ataupun cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) di sekitar area pertanian dimana pengendalian ini dilakukan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem alam dan pengendalian dilakuakan untuk menekan pertumbuhan hama hanya sampai dibawah Amabang Ekonomi (AE).
Tujuan perlindungan tanaman adalah :
a.     Pencegahan, pengendalian dana pemantauan OPT
b.    Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanian, peningkatan daya saing produk pertanian dipasar.
c.     Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani
d.    Peningkatan kualitas dan kesimbangan lingkungan hidup
2.      Sistem PHT
Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistem pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan.
Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya penerapan PHT bukan dalam bentuk pake teknologi, tetapi dalam bentuk lentur sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu diketahiu unsur dasar dan komponen PHT.
Berikut merupakan beberapa komponen PHT, yaitu
·         Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina
Pengedalian dengan peraturan perundang-undangan yaitu pencegahan penyebaran/ perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar hukum pembegahan dengan peraturan adalah sebagi berikut :
1)      UU No. 16 Tahun 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan
2)      PP No. 6 Tahun 1995 : perlindungan tanaman
3)      PP No. 14 Tahun 2000 : karantina tumbuhan
Contoh pengendalian hama denga peraturan adalah larangan pengiriman benih kentang dari batu, Malang ke daerah lain yang belum terserang nematoda.
·         Pengendalian secara fisik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup.
Bahan – bahan simpanan sering diperlakukan dengan pemanasan (pengeringan) atau pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan- bahan tersebut biasanya disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang berada di dalamnya dapat mati lemas oleh karena CO2 dan Nitrogen.
Pengolahan tanah dan pengairan dapat pula dimasukkan ke dalam pengendalian secara fisik, karena cara-cara tersebut dapat menyebabkan kondisi tertentu yang tidak cocok bagi pertumbuhan serangga. Untuk mengendalikan nematoda dapat dilakuakn dengan penggenangan karena tanah yang mengandung banyak air dan mendesak oksigen keluar dari partikel tanah. Dengan hilangnya kandungan O2 dalam tanah, nematoda tidak dapat hidup lebih lama.
Tindakan dalam pengendalian secara fisik : pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perngkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara.
Contoh:  suhu : dengan acar merendam benih dalam air pada suhu tertentu, sehingga larva/telur ataupun patogen yang terbawa benih jadi mati.
·         Pengendalian secara mekanik
Pengendalian secara mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibatkan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara dipermulaan abad ini.
Contoh :
Ø  Pengambilan dengan tangan yaitu mengambil dan mengumpulkan ulat-ulat yang ada pada tanaman kemudian di musnahkan
Ø  Pemangkasan yaitu memangkas bagian tanaman yang terserang.
Ø  Gropyokan bertujuan untuk menurunkan populasi tikus secara serentak dalam suatu hamparan.
Ø  Penghalang (barrier) yaitu penggunaan pagar sebg, plastik, atau parit/selokan, penggunaan plastik pada buah
·         Pengendalian secara varietas tahan
Mekanisme ketahanan tanaman
            Tanaman yang tahan merupakan tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat berupa sifat asli (keturunan faktor genetik), tetapi dapat juga berupa faktor lingkungan yang mendorong tanaman menjadi relatif tahan terhadap serangan hama ataupun penyakit
Ketahanan genetik
Menurut painter, 1951 terdapat 3 mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama yaitu :
Ø  Ketidaksukaan atau nonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagai pakan atau sebagai tempat peletakan telur
Ø  Antibiosis yaitu mekanisme terjadinya resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangga haha atau mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangga hama kurang mempengaruhi hasil dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka
Ada 2 tipe ketahanan genetik yaitu :
v  Ketahanan vertikal yaitu ketahan yang ditunjukkan dari kultivar yang lebih peka terhadap biotipe-biotipe srangga  tertentu dibandingkan dengan biotipe-biotipe lainnya.sifat ketahanan ini dikendaliakan oleh satu atau sedikit gen pada tanaman
v  Ketahanan horizontal yaitu ketahanan tanaman ynag ditunjukkan terhadap kisaran luas genotype hama dansifat ketahanan ini bebas dari adanya biotipe-biotipe serangga hama, ketahanan ini dikendaliakn oleh banyak gen
Ketahanan ekologi
      Ketahanan ekologi merupakan sifat ketahanan tanaman yang tidak dikendalikan oleh faktor genetik, tetapi sepenuhnya oleh faktor lingkungan yang memungkinkan munculnya kenampakan sifat ketahanan tanaman terhadap hama tertentu. Ada 3 bentuk ketahanan ekologi yaitu :
Ø  Pengelakan inang terjadi apabila waktu pemunculan fase tumbuh tanaman tertentu tidak bersamaan dengan waktu pemunculan stadia hama yang aktif mengonsumsi tanaman.
Ø  Ketahanan dorongan. Sifat ini muncul dan didorong oleh adanya keadaan lingkungan tertentu sehingga tanaman mampu bertahan terhadap serangan hama. Ketahanan ini terjadi antara lain, akibat adanya pemupukan dan irigasi serta teknik budidaya yang lain.
Ø  Inang luput dari serangga, yaitu tanaman tidak terserang meskipun populasi hama di sekitarnya cukup tinggi

·         Pengendalian secara kultur teknis
Kultur teknis adalah taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu lingkungan dengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Tujuan dari pengendalian secara kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dar siklus musiman hama sehingga hama tiak berkembang.
Contoh : mengatur jarak tanam, pola tanam, mengurangi kelembaban, dan mengatur waktu tanam, serta penanaman tanaman perangkap.

·         Pengendalian Secara Hayati
Pengendalian hayati adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Usaha pengendalian hama yang mengikutsertakan organisme hidup, oleh karena itu pengendalian hama dengan teknik jantan mandul, varietas tahan hama, dan manipulasi genetik termasuk dalam pengertian pengendalian hayati.
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan.Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja secara tergantung kepadatannya.
·         Pengendalian secara Genetik
Pengendalian secara genetik merupakan teknik pengendalian serangga hama dengan menggunakan jenisnya sendiri bukan musuh alaminya. Seperti Penggunaan Serangga Jantan Mandul.
Menurut La Chance syarat keberhasilan penggunaan TSM sebagai berikut:
1.   Kemampuan pemeliharaan serangga secara massal dengan biaya murah.
2.  Serangga sebagai target pengendalian harus dapat menyebar kedalam populasi alam sehingga dapat  kawin dengan serangga betina fertil dan dapat bersaing dengan serangga jantan alami.
3. Irradiasi harus tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap perilaku kawin dan umur  serangga jantan.
4. Serangga betina kawin satu kali, bila serangga betina kawin lebih dari satu kali maka  produksi sperma jantan iradiasi harus sama dengan produksi sperma jantan alam.
5. Serangga yang akan dikendalikan harus dalam populasi rendah atau harus  dikendalikan dengan teknik lain agar cukup rendah sehingga cukup ekonomis untuk  dikendalikan dengan TSM.
6.  Biaya pengendalian dengan TSM harus lebih rendah dibandingkan dengan teknik  konvensional.
7. Perlu justifikasi yang kuat untuk penerapan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan  teknik konvensional apabila dengan TSM diperoleh keuntungan untuk perlindungan  kesehatan dan lingkungan.
8. Serangga mandul yang dilepas harus tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman, ternak  atau menimbulkan penyakit pada manusia.
Pengelolaan serangga secara terpadu (integrated pest management) adalah pemilihan, integrasi dan implementasi teknik pengendalian serangga/vektor agar supaya secara ekonomis, ekologis, sosiologis menguntungkan. TSM sangat baik untuk diintegrasikan dan kompatibel dengan teknik pengendalian secara biologis pada daerah yang luas.
·         Pengendalian secara Kimia 
Merupakan teknik pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi tanaman atau hasil tanaman. Sering di sebut dengan teknik pengendalian menggunakan pestisida.
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.

D.                  CIRI – CIRI PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Suatu konsep pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem PHT jika
mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit  yang ramah lingkungan, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara bersistem, terpadu, dan terkoordinasi dengan baik.
2)      Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian, atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah suatu tingkatan atau arah yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomi.
3)      Sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan manusia.
4)      Mempertahankan produksi dan mengedepankan kualitas produk pertanian.
5)      Mempertahankan populasi hama atau tingkat serangan hama di bawah AE/AK/AT.
6)      Mengurangi dan membatasi penggunaan pestisida kimia
7)      Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir apabila teknik pengendalian yang ramah lingkungan tidak mampu mengatasi.
E.   CONTOH PERPADUAN KOMPONEN PHT
NO
Jenis hama
Tanaman inang
Nilai AE
Komponen PHT
1
tikus
padi
5% sampel tanaman muda
-          Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
-          Sanitasi lingkungan
-          Tanam serempak
-          Pemanfaatan predator
-          Pemasangan umpan beracun
-          pengemposan
2
Wereng coklat
Padi
·         1 ekor imago/tunas di petak sampel
·         10 ekor nimfa/rumpun
·         5 ekor imago/ rumpun pada stadia vegetatif
·         10 ekor imago/rumpun pada stadia generatif

-          Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
-          Pemilihan varietas resisten
-          Tanam serentak
-          Pergiliran tanaman
-          Pengamatan kepadatan populasi
-          Penyemprotan dengan insektisida selektif
-          Eradikasi tanaman yang terserang berat
3
Penggerek polong
kedelai
2% intensitas serangan
-          Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
-          Pemilihan varietas resisten
-          Tanam serentak
-          Pergiliran tanaman
-          Pengamatan kepadatan populasi
-          Pemanfaatan musuh alami
-          Penyemprotan dengan insekisida selektif
F.                    LANGKAH – LANGKAH PENGEMBANGAN PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Pengembangan PHT didasarkan pada keadaanagroekosistem setempat. Sehingga pengembangan PHT pada suatu daerah boleh jadi berbeda dengan pegembangan di daera lain. Sistem PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat petani setempat.
Menurut Smith dan Apple (1978), langkah – langkah pokok yang perlu dikerjakan dalam pengembangan PHT adalah sebagai berikut :
·         Langkah 1. Mengenal status hama yang dikelolah.
Hama – hama yang menyerang pada suatu agroekosistem, perlu dikenal dengan baik. Sifat- sifat hama tertentu perlu diketahui, meliputi perilaku hama, dinamika perkembangan populasi, tingkat kesukaan makanan, dan tingkat kerusakan yang diakibatkannya.pengenalan hama dapat dilakukan melalui identifikasi dan hasil analisis status hama yang ada.
·         Langkah 2. Mempejari komponen saling tindak dalam ekosistem.
Komponen suatu ekosistem perlu ditelaah dan dipelajari. Terutama yang
mempengaruhi dinamika perkembangan populasi hama- hama utama. Termasuk dalam langkah ini ialah, menginventarisir musuh – musuh alami, sekaligus mengetahui potensi mereka sebagai pengendali alami.
Interaksi antar komponen biotis dan abiotis, dinamika populasi hama dan musuh alami, studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama,dll, merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.
·         Langkah 3. Penetapan dan pengembangan Ambang Ekonomi
Ambang ekonomi atau ambang pengendalian sering juga diistilahkan sebagai ambang toleransi ekonomic. Ambang ini merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila ternyata populasi atau kerusakan hama belum mencapai arah tersebut, peggunaan pestisida masih belum diperlukan.
·         Langkah 4. Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
Pengamatan dan monitoring hama untuk mengetahui padat populasi hama pada suatu waktu dan tempat, yang berkaitan terhadap amabang ekonomi tersebut, dibutuhkan program pengamatan atau monitoring hama secara rutin dan terorganisir dengan baik
·         Langkah 5. Pengembangan model deskriptif dan paramalan hama
Dengan mengetahui gejolak populasi hama dan hubungannya dengan komponen – komponen ekosistem lainnya, maka perlu dikembangkan model kuantitatif yang dinamis. Model yang dikembangkan diharapkan mapu menggambarkan gejolak populasi dan kerusakan yang ditimbulkan pada waktu yang akan datang. Sehingga, akan dapat diperkirakan dinamika populasi, sekaligus mempertimbangkan bagaimana penanganan agar tidak sampai terjadi ledakan populasi yang nerugikan sevara ekonomi.
·         Langkah 6. Pengembangan strategi pengelolaan hama
Strategi dasar PHT adalah menggunakan taktik pengendalian ganda dalam suatu kesatuan sistem yang tekordinasi. Strategi PHT mengusahakan agar populasi atau kerusakan yang ditimbulkan hama tetap berada di bawah arah toleransi manusia. Beberapa taktik dasar PHT adalah :
1)      Memanfaatkan pengendalian hayati yang aski ditempat tersebut
2)      Mengoptimalkan pengelolaan lingkungan melaliu penerapan kultur teknik yang baik, dan
3)      Penggunaan pestisida secera seketif
·         Langkah 7. Penyuluhan kepada petani agar menerima dan menetapkan PHT
Petani sebagai pelaksana utama pengendalian hama , perlu menyadari dan mengerti tentang cara pendekatan PHT, termasuk bagaimana menerapkannya di lapangan. Pemahaman lama secara konvensional tentang pemberantasan  perlu diganti dengan  pengendalian atau pengelolaan hama. Petani perlu diberikan kepercyaan dan kemampuan untuk dapat mengamati sendiri dan melaporkan keadaan hama pada pertanamannya.
·         Langkah 8. Pengembangan organisasi PHT
Sistem PHT mengharuskan adanya suatu organisasi yang efesien dan efektif, yang dapat bekerja secara cepat dan tepat dalam menanggapi setiap perubahan yang terjadi pada agroekosistem. Organisasi tersebut tersusun oleh komponen monitoring pengambil keputusan, program tindakan, dan penyuluhan pada petani. Organisasi PHT merupakan suatu organisasi yang mampu menyelesaikan permasalahan hama dan penyakit secara mandiri, pada daerah atau unit kerja yang menjadi tanggungjawabnya.

BAB III
PENUTUP

A.              KESIMPULAN
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
Tujuan pengendalian secara terpadu ialah Menurunkan dan mempertahankan populasi hama tetap di bawah ambang batas yang dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis.Terselenggaranya dukungan yang kuat atas upaya para petani dalam menyebarluaskan penerapan penerapan PHT sehingga dapat tercipta pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dalam melakukan penerapan pengendalian secara terpadu, terdapat beberap prinsip yang perlu diterapkan yaitu : budidaya tanaman sehat, pengamatan egroekosistem, pemanfaatan musuh alami, petani sebagai ahli PPT/PHT.
Menurut para ahli, komponen – komponen dari pengendalian ini berupa perpaduan dari kultur teknis, hayati, varietas yang tahan, fisik dan mekanik,serta kimiawi (pestisida). Pengedalian dengan peraturan perundang-undangan yaitu pencegahan penyebaran/ perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar hukum pembegahan dengan peraturan adalah sebagi berikut :
1)      UU No. 16 Tahun 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan
2)      PP No. 6 Tahun 1995 : perlindungan tanaman
3)      PP No. 14 Tahun 2000 : karantina tumbuhan
Untuk pengendalias secara fisik. Tindakannya dapat berupa pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perngkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara.
 Pengendalian secara mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibatkan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara dipermulaan abad ini.
Pengendalian dengan varietas tanah yaitu mengurangi atau menekan populasi hama, serangan dan tingkat kerusakan tanaman dengan menanam varietas yang tahan hama ataupun penyakit. Keuntungan teknik ini adalah tidak membutuhkan biaya yang mahal, efektif dan aman bagi lingkungan. Sedangkan kelemahannya adalah harga benih/bibit yang mahal. Jika ditanam dalam jangka waktu panjang, sifat ketahanannya patah.
Kultur teknis adalah taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu lingkungan dengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Tujuan dari pengendalian secara kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dar siklus musiman hama sehingga hama tiak berkembang.
Pengendalian hayati adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama.
Pengendalian secara Kimia merupakan teknik pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi tanaman atau hasil tanaman. Sering di sebut dengan teknik pengendalian menggunakan pestisida.
Ciri ciri pengendalian secara terpadu ialaha : Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara bersistem, terpadu, dan terkoordinasi dengan baik.Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian, atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah suatu tingkatan atau arah yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomi. Dan sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan manusia.
Langkah – langkah pengembangan pengendalian secara terpadu ialah
Langkah 1 : mengenal status hama yang dikelolah
Langkah 2 : mempelajari komponen saling tindak dalam ekosistem
Langkah 3 : penetapan dan pengembangan ambang ekonomi 
Langkah 4 : pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
Langkah 5 : pengembangan model deskriptif dan peramalan hama
Langkah 6 : pengembangan strategi pengelolaan hama
Langkah 7 :penyuluhan kepada petani agar menerima dan menetapkan PHT
Langkah 8 : pengembangan organisasi PHT
B.            SARAN
Disarankan kepada pembaca khususnya bagi petani agar memahami isi maupun inti dari makalah ini, sehingga pengetahuan mengenai pengendalian hama dan penyakit secara terpadu akan bertambah. Dan apabila tanaman mereka terserang hama maupun penyakit, maka dengan mudah hama atapun penyakit tersebut dapat dibasmi dengan mudah.
Dan diharapkan bagi pembaca (petani) agar dapat menerapkan sistem pengendalian ini dalam kehidupan sehari – harinya, karena sistem pengendalian ini merupakan sistem pengendalian yang ramah lingkungan, dan tidak berdampak pada lingkungan dan agroekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

Azzami.2017. pengertian, prinsip, dasar dan konsep pengendalian hama terpadu. From http://mitalom.com/pengertian-prinsip-dasar-dan-konsep-pengendalian-hama-terpadu-pht/
Blogspot.2013. konsep pengendalian hama terpadu. From : http://kendalikanopt.blogspot.co.id/2015/06/konsep-dan-prinsip-pengendalian-hama.html.
Bumi lestari.2012. mengendaliakn OPT secara terpadu. From : http://bumilestari.blogspot.com/2012/08/mengendalikan-OPT-secara-terpadu-html?m=1
Siti hardiyanti.2013. konsep pengendalian hama terpadu. From : http://hardiyanti1992.wordprss.com/2013/12/25/konsep-pengendalian-hama-terpadu/
Warlinson Girsang.2009. pengembangan pengendalian hama terpadu. From : http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/pht/
Wedy Oktora Poerba.2011. komponen PHT/pengendalian hama terpadu. From : http://catatan-aku.blogspot.co.id/2011/12/komponen-phtpengendalian-hama-terpadu.html

 







PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT SECARA TERPADU

KATA PENGANTAR             Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syuku...