KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul "PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT
SECARA TERPADU".
Makalah ini kami susun dengan masimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami
ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkonstribusi dalam pembuatan maklah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik,
agar kami dapat memperbaiki makalah ini .
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan mafaat dan inspirasi bagi pembaca.
Tanjonge’e,
14 April 2018
penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. iii
A.
Latar
Belakang .............................................................................................. iii
B.
Rumusan
Masalah ......................................................................................... iv
C.
Tujuan
........................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 1
A.
Pengertian
Pengendalian Secara Terpadu ..................................................... 1
B.
Prinsip
& Tujuan Pengendalian Secara Terpadu .......................................... 2
C.
Komponen-Komponen
Pengendalian Secara Terpadu ................................. 3
D.
Ciri-Ciri
Pengendalian Secara Terpadu ........................................................ 10
E.
Contoh
Perpaduan Komponen Pengendalian Secara Terpadu ..................... 10
F.
Langkah-Langkah
Pengembangan Pengendalian Secara Terpadu ............... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 15
A.
KESIMPULAN
............................................................................................ 15
B.
SARAN
........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Mayoritas
penduduk di indonesia adalah petani. Dalam melakukan pekerjaannya sebagai
petani, mereka mengalami banyak masalah, khusunya adanya gangguan pada tanaman
yang mereka budidayakan, yaitu tanaman pangan dan palawija. Gangguan itu dapat
berupa hama maupun penyakit. Hama merupakan binatang atau hewan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman, yang berupa gigitan,dll. Sedangkan penyakit
merupakan suatu orgamisme berupa virus, jamur,dll yang dapat menyebabkan
kerusakan pada tanaman.
Serangan
hama dan penyakit pada tanaman membuat petani resah dan menimbulkan banyak
kerugian. Serangan- serangan itu dapat merusak tanaman dan bahkan dapat
menyebabkan kematiap pada tanaman apabila tidak dikendaliakan dengan cepat.
Untuk
mengatasi masalah yang dialami petani tersebut, maka terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengendalkan hama maupun penyakit tanaman tersebut,
yaitu pengendalian secara fisik, pengendalian secara mekanis, pengendalian
secara kultur teknis, pengendaliahn secara kimia dan pengendalian secara
terpadu. Namun, yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu hanya pengendalian
secara terpadu.
Adanya
pengendalian-pengendalian hama dan penyakit tersebut, maka dengan mudah petani
dapat memberantas hama taupun penyakit yang menyerang tanaman budidaya mereka.
B.
RUMUSAN
MASALAH
a.
Pengertian
pengendalian secara terpadu
b.
Prinsip
dan tujuan dalam pengendalian secara terpadu
c.
Komponen
– komponen pengendalian secara terpadu
d.
Ciri-ciri
pengendalian secara terpadu
e.
Contoh
perpaduan komponen taktik pengendalian secara terpadu
f.
Langkah
– langkah pengembangan pengendalian secara terpadu
C.
TUJUAN
Agar
pengetahuan mengenai pengendalian secara terpadu dapat bertambah dan untuk
menambah wawasan petani agar dapat menerapkan sistem pengendalian ini ke dalam
kehidupan sehari-harinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Pengendalian
hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
Beberapa
pengertian pegendalain secara terpadu menurut beberapa para ahli, yaitu :
·
Smith,
1978 : pengendalian hama terpadu adalah pendekatan ekologi yang bersidat
multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka
ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan kordinasi
pengelolaan.
·
Bottrell,
1979 : pengendalian hama terpadu adalah pemilihan secara cerdik dari
pengendalian hama, yang dapat menjamin hasil yang menguntungkan dilihat dari
segi ekonomi, ekologi, dan sosiologi.
·
Kenmore,
1989 : pengendalian hama secara terpadu didefinisikan sevagi perpaduan yang
terbaik. Maksudnya adalah perpaduan terbaik menggunakan berbagai metode
pengendalian hama secara kompatibel.
·
Menurut
Endah & Abidin, 2002 : pengendalian hama terpadu adalah konsep pengendalian
hama dan penyakit tanaman yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup.
·
Menurut
Juanda & Cahyono,2005 : pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan unsur – unsur alami yang mampu
mengendalikan hama agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang
merugikan.
B.
PRINSIP DAN TUJUAN PENGENDALIAN SECARA TERPADU
a.
Tujuan pengendalian secara terpadu,
yaitu :
·
Memnatapkan produktifitas yang
tinggi dan meminimalisir kehilangan hasil
·
Menjamin kemantapan swasembada
pangan
·
Memperhatikan kelestarian lingkungan
·
Melindungi kesehatan konsumen dan produsen
·
Meningkatkan efesiensi faktor
produksi
·
Meningkatkan kesejahteraan petani
·
Menurunkan dan mempertahankan
populasi hama tetap di bawah ambang batas yang dapat menyebabkan kerusakan
secara ekonomis.
·
Terselenggaranya dukungan yang kuat
atas upaya para petani dalam menyebarluaskan penerapan penerapan PHT sehingga
dapat tercipta pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
b.
Prinsip pengendalian secara terpadu
·
Budidaya tanaman sehat. Meliputi
penggunaan benih unggul, dan tahanorganisme pengganggu tanaman. Penggunaan
pupuk berimbang, penggunaan jarak tanama ideal, pengairan sesuai kebutuhan
tanaman, penggunaan pupuk organik,dll.
·
Pengamatan Agroekosistem dilakuakan
rutin setiap seminggu sekali dengan metode tertentu melakukan pengamatan untuk
mengetahui kondisi pertanaman secara utuh.
·
Pemanfaatan musuh alami, yaitu
pemanagsa dari organisme pengganggu tanaman. Musuh alami dapat berupa predator
atau patogen serangga.
·
Petani sebagai ahli PHT. Tujuan
akhir PHT adalah menjadikan petani sevagai pengelolah tanaman dapat mengambil
keputusan yang bijaksana dengan memperhatikan lingkungan dan ekologi serta
ekonomi dari suatu teknik pengendalian.
C.
KOMPONEN
– KOMPONEN PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Menurut
beberapa ahli, komponen PHT adalah perpaduan dari kultur teknis, hayati,
varietas yang tahan, fisik dan mekanik,serta kimiawi (pestisida).
1.
Perlindungan
tanaman
Perlindungan
tanaman adalah suatu usaha ataupun cara pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) di sekitar area pertanian dimana pengendalian ini dilakukan tanpa
mengganggu keseimbangan ekosistem alam dan pengendalian dilakuakan untuk
menekan pertumbuhan hama hanya sampai dibawah Amabang Ekonomi (AE).
Tujuan
perlindungan tanaman adalah :
a.
Pencegahan,
pengendalian dana pemantauan OPT
b.
Peningkatan
kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanian, peningkatan daya saing produk
pertanian dipasar.
c.
Peningkatan
penghasilan dan kesejahteraan petani
d.
Peningkatan
kualitas dan kesimbangan lingkungan hidup
2.
Sistem
PHT
Pengendalian
OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistem pengendalian
pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan.
Sistem
penerapan PHT bersifat dinamis, artinya penerapan PHT bukan dalam bentuk pake
teknologi, tetapi dalam bentuk lentur sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh
sebab itu, perlu diketahiu unsur dasar dan komponen PHT.
Berikut merupakan
beberapa komponen PHT, yaitu
·
Pengendalian
dengan peraturan/regulasi/karantina
Pengedalian
dengan peraturan perundang-undangan yaitu pencegahan penyebaran/ perpindahan
dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar hukum pembegahan dengan peraturan adalah
sebagi berikut :
1)
UU
No. 16 Tahun 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan
2)
PP
No. 6 Tahun 1995 : perlindungan tanaman
3)
PP
No. 14 Tahun 2000 : karantina tumbuhan
Contoh pengendalian hama denga peraturan adalah
larangan pengiriman benih kentang dari batu, Malang ke daerah lain yang belum
terserang nematoda.
·
Pengendalian
secara fisik
Pengendalian
ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi
perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama
sukar untuk hidup.
Bahan
– bahan simpanan sering diperlakukan dengan pemanasan (pengeringan) atau
pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama
sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan- bahan tersebut
biasanya disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang berada di
dalamnya dapat mati lemas oleh karena CO2 dan Nitrogen.
Pengolahan
tanah dan pengairan dapat pula dimasukkan ke dalam pengendalian secara fisik,
karena cara-cara tersebut dapat menyebabkan kondisi tertentu yang tidak cocok
bagi pertumbuhan serangga. Untuk mengendalikan nematoda dapat dilakuakn dengan
penggenangan karena tanah yang mengandung banyak air dan mendesak oksigen
keluar dari partikel tanah. Dengan hilangnya kandungan O2 dalam
tanah, nematoda tidak dapat hidup lebih lama.
Tindakan
dalam pengendalian secara fisik : pemanasan, pembakaran, pendinginan,
pembasahan, pengeringan, lampu perngkap, radiasi sinar infra merah, gelombang
suara.
Contoh: suhu : dengan acar merendam benih dalam air
pada suhu tertentu, sehingga larva/telur ataupun patogen yang terbawa benih
jadi mati.
·
Pengendalian
secara mekanik
Pengendalian
secara mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama yang
sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibatkan tenaga
manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara dipermulaan abad ini.
Contoh
:
Ø
Pengambilan
dengan tangan yaitu mengambil dan mengumpulkan ulat-ulat yang ada pada tanaman
kemudian di musnahkan
Ø
Pemangkasan
yaitu memangkas bagian tanaman yang terserang.
Ø
Gropyokan
bertujuan untuk menurunkan populasi tikus secara serentak dalam suatu hamparan.
Ø
Penghalang
(barrier) yaitu penggunaan pagar sebg, plastik, atau parit/selokan, penggunaan
plastik pada buah
·
Pengendalian
secara varietas tahan
Mekanisme
ketahanan tanaman
Tanaman yang tahan merupakan tanaman
yang menderita kerusakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman lain
dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama. Sifat ketahanan yang dimiliki
oleh tanaman dapat berupa sifat asli (keturunan faktor genetik), tetapi dapat
juga berupa faktor lingkungan yang mendorong tanaman menjadi relatif tahan
terhadap serangan hama ataupun penyakit
Ketahanan
genetik
Menurut
painter, 1951 terdapat 3 mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama
yaitu :
Ø
Ketidaksukaan
atau nonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu serangga
menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagai pakan atau sebagai
tempat peletakan telur
Ø
Antibiosis
yaitu mekanisme terjadinya resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan
tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangga haha atau
mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangga hama kurang mempengaruhi hasil
dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka
Ada 2 tipe
ketahanan genetik yaitu :
v
Ketahanan
vertikal yaitu ketahan yang ditunjukkan dari kultivar yang lebih peka terhadap
biotipe-biotipe srangga tertentu
dibandingkan dengan biotipe-biotipe lainnya.sifat ketahanan ini dikendaliakan
oleh satu atau sedikit gen pada tanaman
v
Ketahanan
horizontal yaitu ketahanan tanaman ynag ditunjukkan terhadap kisaran luas
genotype hama dansifat ketahanan ini bebas dari adanya biotipe-biotipe serangga
hama, ketahanan ini dikendaliakn oleh banyak gen
Ketahanan ekologi
Ketahanan
ekologi merupakan sifat ketahanan tanaman yang tidak dikendalikan oleh faktor
genetik, tetapi sepenuhnya oleh faktor lingkungan yang memungkinkan munculnya
kenampakan sifat ketahanan tanaman terhadap hama tertentu. Ada 3 bentuk
ketahanan ekologi yaitu :
Ø
Pengelakan
inang terjadi apabila waktu pemunculan fase tumbuh tanaman tertentu tidak
bersamaan dengan waktu pemunculan stadia hama yang aktif mengonsumsi tanaman.
Ø
Ketahanan
dorongan. Sifat ini muncul dan didorong oleh adanya keadaan lingkungan tertentu
sehingga tanaman mampu bertahan terhadap serangan hama. Ketahanan ini terjadi
antara lain, akibat adanya pemupukan dan irigasi serta teknik budidaya yang
lain.
Ø
Inang
luput dari serangga, yaitu tanaman tidak terserang meskipun populasi hama di
sekitarnya cukup tinggi
·
Pengendalian
secara kultur teknis
Kultur teknis adalah taktik memanipulasi
lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu lingkungan dengan cara
mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan
lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Tujuan dari pengendalian secara
kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dar siklus musiman hama sehingga
hama tiak berkembang.
Contoh :
mengatur jarak tanam, pola tanam, mengurangi kelembaban, dan mengatur waktu
tanam, serta penanaman tanaman perangkap.
·
Pengendalian Secara Hayati
Pengendalian hayati adalah taktik pengelolaan hama
yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh
alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Usaha pengendalian hama yang mengikutsertakan organisme hidup,
oleh karena itu pengendalian hama dengan teknik jantan mandul, varietas tahan
hama, dan manipulasi genetik termasuk dalam pengertian pengendalian hayati.
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk
memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang
merugikan.Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan
dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami
dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama
bekerja secara tergantung kepadatannya.
·
Pengendalian secara Genetik
Pengendalian secara genetik merupakan teknik
pengendalian serangga hama dengan menggunakan jenisnya sendiri bukan musuh
alaminya. Seperti Penggunaan Serangga Jantan Mandul.
Menurut La Chance syarat keberhasilan
penggunaan TSM sebagai berikut:
1. Kemampuan
pemeliharaan serangga secara massal dengan biaya murah.
2. Serangga
sebagai target pengendalian harus dapat menyebar kedalam populasi alam sehingga
dapat kawin dengan serangga betina fertil dan dapat bersaing dengan
serangga jantan alami.
3. Irradiasi
harus tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap perilaku kawin dan umur
serangga jantan.
4. Serangga
betina kawin satu kali, bila serangga betina kawin lebih dari satu kali maka
produksi sperma jantan iradiasi harus sama dengan produksi sperma jantan
alam.
5. Serangga
yang akan dikendalikan harus dalam populasi rendah atau harus
dikendalikan dengan teknik lain agar cukup rendah sehingga cukup ekonomis
untuk dikendalikan dengan TSM.
6. Biaya
pengendalian dengan TSM harus lebih rendah dibandingkan dengan teknik
konvensional.
7. Perlu
justifikasi yang kuat untuk penerapan biaya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan teknik konvensional apabila dengan TSM diperoleh keuntungan untuk
perlindungan kesehatan dan lingkungan.
8. Serangga
mandul yang dilepas harus tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman, ternak
atau menimbulkan penyakit pada manusia.
Pengelolaan serangga secara terpadu (integrated pest
management) adalah pemilihan, integrasi dan implementasi teknik
pengendalian serangga/vektor agar supaya secara ekonomis, ekologis, sosiologis
menguntungkan. TSM sangat baik untuk diintegrasikan dan kompatibel dengan
teknik pengendalian secara biologis pada daerah yang luas.
·
Pengendalian secara Kimia
Merupakan
teknik pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia
beracun untuk melindungi tanaman atau hasil tanaman. Sering di sebut dengan
teknik pengendalian menggunakan pestisida.
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat
(zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari
serangan serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus,
bekicot, dan nematoda (cacing). Walaupun demikian, istilah pestisida tidak
hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian,
tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah,
perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
D.
CIRI – CIRI PENGENDALIAN SECARA
TERPADU
Suatu konsep
pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem PHT jika
mencerminkan
konsep pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1)
Penerapan sistem pengendalian hama
terpadu (PHT) dilakukan secara bersistem, terpadu, dan terkoordinasi dengan
baik.
2)
Tujuan utama PHT bukanlah
pemusnahan, pembasmian, atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi
hama agar tetap berada di bawah suatu tingkatan atau arah yang dapat
mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomi.
3)
Sasarannya adalah produksi dan
ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan
manusia.
4)
Mempertahankan produksi dan
mengedepankan kualitas produk pertanian.
5)
Mempertahankan populasi hama atau
tingkat serangan hama di bawah AE/AK/AT.
6)
Mengurangi dan membatasi penggunaan
pestisida kimia
7)
Penggunaan pestisida kimia merupakan
alternatif terakhir apabila teknik pengendalian yang ramah lingkungan tidak
mampu mengatasi.
E.
CONTOH PERPADUAN KOMPONEN PHT
NO
|
Jenis hama
|
Tanaman
inang
|
Nilai AE
|
Komponen
PHT
|
1
|
tikus
|
padi
|
5% sampel
tanaman muda
|
-
Pelaksanaan teknik budidaya yang
baik
-
Sanitasi lingkungan
-
Tanam serempak
-
Pemanfaatan predator
-
Pemasangan umpan beracun
-
pengemposan
|
2
|
Wereng
coklat
|
Padi
|
·
1 ekor imago/tunas di petak sampel
·
10 ekor nimfa/rumpun
·
5 ekor imago/ rumpun pada stadia
vegetatif
·
10 ekor imago/rumpun pada stadia
generatif
|
-
Pelaksanaan teknik budidaya yang
baik
-
Pemilihan varietas resisten
-
Tanam serentak
-
Pergiliran tanaman
-
Pengamatan kepadatan populasi
-
Penyemprotan dengan insektisida
selektif
-
Eradikasi tanaman yang terserang
berat
|
3
|
Penggerek
polong
|
kedelai
|
2%
intensitas serangan
|
-
Pelaksanaan teknik budidaya yang
baik
-
Pemilihan varietas resisten
-
Tanam serentak
-
Pergiliran tanaman
-
Pengamatan kepadatan populasi
-
Pemanfaatan musuh alami
-
Penyemprotan dengan insekisida
selektif
|
F.
LANGKAH – LANGKAH PENGEMBANGAN
PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Pengembangan
PHT didasarkan pada keadaanagroekosistem setempat. Sehingga pengembangan PHT
pada suatu daerah boleh jadi berbeda dengan pegembangan di daera lain. Sistem
PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat
petani setempat.
Menurut
Smith dan Apple (1978), langkah – langkah pokok yang perlu dikerjakan dalam
pengembangan PHT adalah sebagai berikut :
·
Langkah 1. Mengenal status hama yang
dikelolah.
Hama – hama yang menyerang pada suatu agroekosistem,
perlu dikenal dengan baik. Sifat- sifat hama tertentu perlu diketahui, meliputi
perilaku hama, dinamika perkembangan populasi, tingkat kesukaan makanan, dan
tingkat kerusakan yang diakibatkannya.pengenalan hama dapat dilakukan melalui
identifikasi dan hasil analisis status hama yang ada.
·
Langkah 2. Mempejari komponen saling
tindak dalam ekosistem.
Komponen suatu ekosistem perlu
ditelaah dan dipelajari. Terutama yang
mempengaruhi dinamika perkembangan
populasi hama- hama utama. Termasuk dalam langkah ini ialah, menginventarisir
musuh – musuh alami, sekaligus mengetahui potensi mereka sebagai pengendali
alami.
Interaksi
antar komponen biotis dan abiotis, dinamika populasi hama dan musuh alami,
studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama,dll, merupakan bahan yang
sangat diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.
·
Langkah 3. Penetapan dan pengembangan
Ambang Ekonomi
Ambang
ekonomi atau ambang pengendalian sering juga diistilahkan sebagai ambang
toleransi ekonomic. Ambang ini merupakan ketetapan tentang pengambilan
keputusan, kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila ternyata
populasi atau kerusakan hama belum mencapai arah tersebut, peggunaan pestisida
masih belum diperlukan.
·
Langkah 4. Pengembangan sistem
pengamatan dan monitoring hama
Pengamatan
dan monitoring hama untuk mengetahui padat populasi hama pada suatu waktu dan
tempat, yang berkaitan terhadap amabang ekonomi tersebut, dibutuhkan program
pengamatan atau monitoring hama secara rutin dan terorganisir dengan baik
·
Langkah 5. Pengembangan model
deskriptif dan paramalan hama
Dengan
mengetahui gejolak populasi hama dan hubungannya dengan komponen – komponen
ekosistem lainnya, maka perlu dikembangkan model kuantitatif yang dinamis.
Model yang dikembangkan diharapkan mapu menggambarkan gejolak populasi dan
kerusakan yang ditimbulkan pada waktu yang akan datang. Sehingga, akan dapat
diperkirakan dinamika populasi, sekaligus mempertimbangkan bagaimana penanganan
agar tidak sampai terjadi ledakan populasi yang nerugikan sevara ekonomi.
·
Langkah 6. Pengembangan strategi
pengelolaan hama
Strategi
dasar PHT adalah menggunakan taktik pengendalian ganda dalam suatu kesatuan
sistem yang tekordinasi. Strategi PHT mengusahakan agar populasi atau kerusakan
yang ditimbulkan hama tetap berada di bawah arah toleransi manusia. Beberapa
taktik dasar PHT adalah :
1)
Memanfaatkan pengendalian hayati
yang aski ditempat tersebut
2)
Mengoptimalkan pengelolaan
lingkungan melaliu penerapan kultur teknik yang baik, dan
3)
Penggunaan pestisida secera seketif
·
Langkah 7. Penyuluhan kepada petani
agar menerima dan menetapkan PHT
Petani
sebagai pelaksana utama pengendalian hama , perlu menyadari dan mengerti
tentang cara pendekatan PHT, termasuk bagaimana menerapkannya di lapangan.
Pemahaman lama secara konvensional tentang pemberantasan
perlu diganti dengan pengendalian atau pengelolaan hama. Petani perlu diberikan kepercyaan dan kemampuan
untuk dapat mengamati sendiri dan melaporkan keadaan hama pada pertanamannya.
·
Langkah 8. Pengembangan organisasi
PHT
Sistem PHT mengharuskan adanya suatu organisasi yang
efesien dan efektif, yang dapat bekerja secara cepat dan tepat dalam menanggapi
setiap perubahan yang terjadi pada agroekosistem. Organisasi tersebut tersusun
oleh komponen monitoring pengambil keputusan, program tindakan, dan penyuluhan
pada petani. Organisasi PHT merupakan suatu organisasi yang mampu menyelesaikan
permasalahan hama dan penyakit secara mandiri, pada daerah atau unit kerja yang
menjadi tanggungjawabnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengendalian hama terpadu didefinisikan
sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan berkelanjutan.
Tujuan pengendalian secara terpadu ialah
Menurunkan
dan mempertahankan populasi hama tetap di bawah ambang batas yang dapat
menyebabkan kerusakan secara ekonomis.Terselenggaranya dukungan yang kuat atas
upaya para petani dalam menyebarluaskan penerapan penerapan PHT sehingga dapat
tercipta pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dalam
melakukan penerapan pengendalian secara terpadu, terdapat beberap prinsip yang
perlu diterapkan yaitu : budidaya tanaman sehat, pengamatan egroekosistem,
pemanfaatan musuh alami, petani sebagai ahli PPT/PHT.
Menurut para ahli, komponen –
komponen dari pengendalian ini berupa perpaduan
dari kultur teknis, hayati, varietas yang tahan, fisik dan mekanik,serta
kimiawi (pestisida). Pengedalian dengan peraturan perundang-undangan yaitu
pencegahan penyebaran/ perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman
melalui kebijakan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar
hukum pembegahan dengan peraturan adalah sebagi berikut :
1)
UU
No. 16 Tahun 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan
2)
PP
No. 6 Tahun 1995 : perlindungan tanaman
3)
PP
No. 14 Tahun 2000 : karantina tumbuhan
Untuk pengendalias secara fisik. Tindakannya dapat
berupa pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu
perngkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara.
Pengendalian
secara mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama yang
sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibatkan tenaga
manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara dipermulaan abad ini.
Pengendalian dengan varietas tanah yaitu mengurangi
atau menekan populasi hama, serangan dan tingkat kerusakan tanaman dengan
menanam varietas yang tahan hama ataupun penyakit. Keuntungan teknik ini adalah
tidak membutuhkan biaya yang mahal, efektif dan aman bagi lingkungan. Sedangkan
kelemahannya adalah harga benih/bibit yang mahal. Jika ditanam dalam jangka
waktu panjang, sifat ketahanannya patah.
Kultur teknis adalah taktik memanipulasi
lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu lingkungan dengan cara
mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan
lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Tujuan dari pengendalian secara
kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dar siklus musiman hama sehingga
hama tiak berkembang.
Pengendalian
hayati adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan
memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama.
Pengendalian secara Kimia merupakan teknik pengendalian
OPT dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi tanaman atau hasil
tanaman. Sering di sebut dengan teknik pengendalian menggunakan pestisida.
Ciri ciri pengendalian secara terpadu ialaha :
Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara bersistem, terpadu,
dan terkoordinasi dengan baik.Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian,
atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada di
bawah suatu tingkatan atau arah yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
kerugian ekonomi. Dan sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa
merusak lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan manusia.
Langkah – langkah pengembangan pengendalian secara
terpadu ialah
Langkah 1 :
mengenal status hama yang dikelolah
Langkah 2 :
mempelajari komponen saling tindak dalam ekosistem
Langkah 3 :
penetapan dan pengembangan ambang ekonomi
Langkah 4 :
pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
Langkah 5 :
pengembangan model deskriptif dan peramalan hama
Langkah 6 :
pengembangan strategi pengelolaan hama
Langkah 7
:penyuluhan kepada petani agar menerima dan menetapkan PHT
Langkah 8 :
pengembangan organisasi PHT
B.
SARAN
Disarankan
kepada pembaca khususnya bagi petani agar memahami isi maupun inti dari makalah
ini, sehingga pengetahuan mengenai pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu akan bertambah. Dan apabila tanaman mereka terserang hama maupun
penyakit, maka dengan mudah hama atapun penyakit tersebut dapat dibasmi dengan
mudah.
Dan
diharapkan bagi pembaca (petani) agar dapat menerapkan sistem pengendalian ini
dalam kehidupan sehari – harinya, karena sistem pengendalian ini merupakan
sistem pengendalian yang ramah lingkungan, dan tidak berdampak pada lingkungan
dan agroekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
Azzami.2017. pengertian, prinsip, dasar
dan konsep pengendalian hama terpadu. From http://mitalom.com/pengertian-prinsip-dasar-dan-konsep-pengendalian-hama-terpadu-pht/
Blogspot.2013.
konsep pengendalian hama terpadu. From : http://kendalikanopt.blogspot.co.id/2015/06/konsep-dan-prinsip-pengendalian-hama.html.
Bumi
lestari.2012. mengendaliakn OPT secara terpadu. From : http://bumilestari.blogspot.com/2012/08/mengendalikan-OPT-secara-terpadu-html?m=1
Pertanian
organi.2013. pengertian PHT. From http://jurnalorganik.blogspot.com/2013/06/pengertian-pengendalian-hama-terpadu.html?m=1
Siti
hardiyanti.2013. konsep pengendalian hama terpadu. From : http://hardiyanti1992.wordprss.com/2013/12/25/konsep-pengendalian-hama-terpadu/
Warlinson
Girsang.2009. pengembangan pengendalian hama terpadu. From : http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/pht/
Wedy
Oktora Poerba.2011. komponen PHT/pengendalian hama terpadu. From : http://catatan-aku.blogspot.co.id/2011/12/komponen-phtpengendalian-hama-terpadu.html